Pandeglang Mitrapolisi.Com Sekolah Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah ( MDTA ) Mathlaul Anwar Bojong Kondang,berdiri sejak Tahun 1972. Sekolah ini telah banyak mendidik anak bangsa,untuk menjadi manusia yang berguna dan berakhlak mulia berlandaskan kaidah Islami.
Seyogya nya, Pemerintah Daerah patut memperhatikan kenyamana n siswa didik saat menuntut ilmu,serta kesejahteraan tenaga pendidik nya,agar tercipta nya Kondusifitas saat proses kegiatan belajar dan mengajar.
Tapi semua itu berbanding terbalik saat awak media menyambangi kondisi Sekolah MDTA Bojong Kondang,di Desa Sukadame,Kecamatan Pagelaran,Kabupaten Pandeglang,Provinsi Banten.
Berdasarkan hasil pantauan di lokasi,saat proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di salah satu ruangan kelas,tampak sekumpulan siswa didik sedang belajar dan duduk di lantai kelas.
Kondisi miris ini terpantau dari puluhan anak yang sedang belajar sambil duduk di lantai,sementara sang guru sedang memberikan materi pelajaran di depan kelas.
Masih di tempat yang sama,hasil pantauan ruangan yang lain nya,hal yang sama ditemui oleh awak media,dengan beberapa siswa yang duduk di lantai sambil menulis,sementara sebagian siswa yang lain nya duduk di kursi dengan meja belajar yang tampak lusuh dimakan usia.
“Sudah tahunan,hal seperti ini terpaksa kami lakukan. Bukan nya kami tak memikirkan siswa kami dengan kondisi seperti ini saat sedang belajar pak,berbagai upaya telah kami lakukan,namun karena sekolah kami hanya bersifat nya Swadaya dari masyarakat,yah seperti ini lah kenyataan nya” ujar Ustad Efi Rapiudin,S.Pdi saat di konfirmasi Mitrapolisi.com,pada
Senin,(22/5/2023).
Ia menambahkan,dengan jumlah siswa sebanyak 72 murid, serta 5 dewan guru yang berstatus honorer,mereka sangat menginginkan bantuan dari Pemerintah,Donatur,BUMN,BUMD,
serta orang yang perduli terhadap dunia pendidikan Islami yang sedang diperjuangkan nya.
“Kondisi bangunan yang banyak kerusakan,ditambah sarana pendidikan yang tidak memadai terutama mobiler,
sebagai penunjang sarana belajar di sekolah” tandas nya.
Tampak bangunan yang di dirikan sejak tahun 1972,terpantau kerusakan tembok bangunan,dari kusen kayu yang mulai lapuk dimakan usia,serta beberapa jendela kaca yang pecah,dan di tutupi oleh bambu.
Ruangan belajar yang hanya terdiri dari 4 kelas,salah satu ruangan nya hanya di sekat oleh dinding setinggi 1 meter sebagai pembatas dengan ruangan kelas yg lain nya.
Miris nya lagi,tak ada sarana MCK maupun WC yang tampak di Sekolah ini.Menurut keterangan beberapa murid nya,jika ingin buang air kecil dan besar,mereka menumpang di rumah warga yang kebetulan berdekatan dengan sekolah.
“Terkadang,kalau musim hujan suka banjir,halaman Sekolah sering becek karena masih tanah merah. Akibat nya, banyak anak Sekolah yang sering terjatuh karena jalan nya licin dan berlumpur” terang Arif (38),selaku Tokoh Masyarakat setempat.
“Sudah lebih 10 tahun saya mengajar di MDTA ini,hal yang menuntut saya untuk mengabdi di Madrasah ini ialah karena faktor ekonomi,juga rasa tanggung jawab saya untuk menyampaikan ilmu agama kepada anak bangsa”ujar Ustad Juhata selaku guru senior sekaligus sebagai tokoh masyarakat setempat.
Paradigma kondisi pendidikan islami di Kabupaten Pandeglang perlu diperhatikan. Terutama, KEMENAG dan DEPAG harus meninjau sekolah yang berada di pelosok bumi “Kota seribu Ulama,sejuta Santri” di Kabupaten Pandeglang.
Selain itu,banyak cerita miris yang lain nya terjadi di dunia pendidikan islami di Kabupaten Pandeglang,dari soal bangunan sekolah yang kurang layak,hingga tingkat kesejahteraan tenaga pendidik nya.
Seperti MDTA Bojong Kondang,mereka harus berjuang sendiri untuk membangun sarana pendidikan islami,dengan swadaya masyarakat yang perduli terhadap mereka,secara swadaya warga mengumpulkan 10 kg gabah hasil panen nya,untuk mensupport tenaga pendidik,juga membantu vasilitas lain nya,yang kadang kala jauh dari kata mencukupi untuk tenaga pendidik,berdasarkan keterangan yang mereka sampaikan.
(Heru)