Mitrapolisi.com.
Perbedaan penetapan hari raya Idul Fitri 1444H akan membuat masyarakat resah dan bingung, siapa yang benar siapa yang salah, penyebabnya adalah pola pandang dua organisasi Islam di Indonesia dalam menetapkan 1 Syawal 1444H yaitu Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama (Nahdiyin).
Kedua Organisasi Islam ini sama sama memiliki keahlian baik hisan maupun rukyat, dari kedua cara tersebutlah yang bisa menentukan Hilal jatuh pada hari apa.
Syafarahman mengatakan bahwa “Setelah berpuasa sebulan penuh saat Ramadan, umat Islam kemudian memasuki tanggal 1 Syawal. Apakah di tanggal tersebut dianjurkan berpuasa juga?
Menukil buku 125 Masalah Puasa susunan Muhammad Najmuddin Zuhdi & Muhammad Anis Sumaji, 1 Syawal adalah hari raya umat Islam, yakni hari Idul Fitri. Pada hari tersebut ada satu larangan yang Nabi SAW tegaskan yakni berpuasa.
Melalui riwayat Abu Sa’id Al-Khudri dikatakan,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ صِيَامٍ يَوْمَيْنِ: يَوْمِ الْفِطْرِ وَيَوْمِ النَّحْرِ
Artinya: “Bahwasanya Rasulullah SAW melarang puasa dalam dua hari, yakni ketika hari Idul Fitri dan Idul Adha.” (Muttafaq Alaih)
Larangan dan keharaman puasa wajib maupun sunnah di hari Idul Fitri dan Idul Adha pun telah disepakati para ulama, sebagaimana yang dijelaskan Sayyid Sabiq lewat bukunya Fiqih Sunnah. Mereka berpandangan demikian lantaran mengambil hadits shahih riwayat Umar sebagai dalil dasarnya.
عَنْ أَبِي عُبَيْدٍ مَوْلَى ابْنِ أَزْهَرَ وَاسْمُهُ سَعْدُ بْنُ عُبَيْدٍ، قَالَ: شَهِدْتَ الْعِيْدَ مَعَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَقَالَ: هَذَانِ يَوْمَانِ نَهَى رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صِيَامِهِمَا: يَوْمُ فِطْرِكُمْ مِنْ صِيَامِكُمْ، وَالْيَوْمُ الآخَرُ الَّذِي تَأْكُلُوْنَ فِيْهِ مِنْ نُسُكِكُمْ
Artinya: “Dari Abu Ubaid, majikan Ibnu Azhar, yang namanya Sa’ad bin Ubaid, ia berkata, ‘Aku pernah salat Id bersama Umar bin Khattab, lalu dia mengatakan, ‘Ini adalah dua hari (Idul Fitri dan Idul Adha), maka Rasulullah SAW melarang berpuasa pada hari ini, yaitu hari berbuka bagi kalian dari puasa kalian, dan hari yang lain ketika kalian memakan dari hewan kurban kalian.” (HR Bukhari & Muslim)
Dengan hadits-hadits di atas menjadi jelas bahwa hari Idul Fitri dan Idul Adha merupakan hari diharamkan dan dilarangnya untuk berpuasa bagi umat Islam.
Hikmah Larangan Berpuasa di Hari Idul Fitri dan Idul Adha
Abdullah bin Abdurrahman Alu Bassam dalam bukunya Taisirul-Allam Syarh Umdatul-Ahkam menjelaskan di balik pelarangan hari raya Idul Fitri dan Idul Adha untuk berpuasa sebenarnya punya hikmah tersendiri.
Riwayat dari Umar di atas telah mengungkap sebab pelarangan puasa di hari-hari tersebut. Di mana keduanya merupakan dua hari raya agama Islam yang dijadikan sebagai hari bergembira dan bersuka ria. Pada hari itu, orang muslim melakukan kesenangan yang diperbolehkan seperti makan, minum, memakai pakaian bagus dan perhiasan.
Diharamkannya puasa pada hari Idul Fitri dan Idul Adha juga karena keduanya adalah penghentian puasa, sebagaimana salam yang menghentikan sholat. Di sisi lain Idul Adha sebagai hari untuk memakan daging hewan kurban, seperti yang diperintahkan Allah SWT agar mereka (binatang kurban) dimakan.
Seperti diketahui, pemerintah baru akan menetapkan jatuhnya 1 Syawal 1444 H pada Kamis (20/4/2023) malam nanti melalui Sidang Isbat di Kementerian Agama, sementara Muhammadiyah telah lebih dahulu menetapkan 1 Syawal pada Jumat besok.
Meski demikian, penentuan awal Ramadhan antara Muhammadiyah dan pemerintah sama, yakni pada 23 Maret 2023.
Isu yang berhembus menyebutkan, pemerintah akan menetapkan 1 Syawal pada Sabtu (22/4/2023), bahkan Minggu (23/4/2023). (Red)